Cut Nyak Meutia.
Lahir: Keureutoe, Pirak, Aceh Utara, tahun 1870
Meninggal: Alue Kurieng, Aceh, 24 Oktober 1910.
Setelah berperang selama empat puluh tahun, kedudukan pasukan Aceh mulai terdesak. Keluarga Sultan Aceh dapat ditawan Belanda dan di jadikan sandera. Sementara itu, tekanan-tekanan pasukan musuh makin gencar. Sultan Alaudin Muhammad Daud Syah terpaksa menyerah kepada Belanda dengan upacra penyerahan pada tanggal 20 Januari 1903. Kurang lebih sembilan bulan kemudian Panglima Polim bersama 150 prajuritnya menyerah diri. Penyerahan para petinggi itu memang menurunkan semangat juang pasukan perlawanan. Namun demikian, perlawanan rakyat belum padam. Salah satu perlawanan yang masih berkobar datang dari pasukan Cut Nyak Meutia bersama suaminya dan pasukannya.
Cut Nyak Meutia di lahirkan di Keureutoe, Pirak, Aceh Utara, pada tahun 1870. masa kecil dan remajanya diliputi suasana peperangan antara Aceh dan Belanda yang berkepanjangan. Suasana perang itu membentuk pribadinya menjadi pejuang.perjuangannya didukung oleh suaminya Teuku Cik Tunong, Suami istri itu mengadakan perang gerilya dan penyergapan terhadap patroli Belanda. Meskipun beberapa pemimpin tertangkap dan ada ajakan untuk berdamai dari Belanda namun para pejuang itu pantang mundur.
Kesulitan besar dihadapi Cut Meutia ketika pada bulan Mei 1905 Teuku Cik Tunong ditangkap Belanda dan dijatuhi hukuman mati. Kematian suaminya tidak membuatnya jera untuk berjuang. Ia mengikuti pesan suaminya, Cik Tunong, untuk menikah lagi dengan teman akrab suaminya, Pang Nangru. Bersama suaminya yang baru itu, ia meneruskan perjuangan. Mereka mengadakan penyergapan-penyergapan terhadap patroli Belanda. Dalam pertempuran sengit di Paya Cicem, pada tanggal 26 September 1910 Pang Nangru, suaminya, terbunuh tetapi Cut Meutia dapat meloloskan diri. Ia dengan pasukan berkekuatan 45 orang dengan 13 pucuk senjata melanjutkan perjuangan. Anaknya yang berumur belasan tahun dan bernama Raja Sabil mengikuti ibunya dalam berbagai medan pertempuran. Karena kekuatan pasukan tidak seimbang lagi maka pasukan Cut Meutia berpindah pindah dari suatu daerah ke daerah lain. Melihat kondisi fisik pasukan yang memperhatikan, beberapa kerabat dan keluarganya menyarankan agar Cut Meutia menyerahkan diri dan mohon pengampunan. Anjuran itu di tolaknya mentah-mentah.
Pada suatu saat tempat persembunyian pasukanya diketahui pihak musuh. Belanda mengadakan pengepungan basis pasukannya tetapi tidak membuat Cut Meutia menyerah. Pertempuran sengit dengan tentara Belanda terjadi, tokoh wanita itu tertembak kakinya. Pasukan Belanda memerintahkan para perjuang untuk menyerah tetapi tidak dihiraukan Cut Meutia. Belaiknya Cut Meutia menghunus pedangnya dan dengat sengit menyerang tentara Belanda di hadapanya. Korban dipihak Belanda pun berjatuhan tetapi beberapa butir peluruh yang bersarang di tubuhnya membuat pejuang wanita itu roboh dan gugur.
Itulah sedikit cerita tentang Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan Cut Nyak Meutia. Semoga kita mendapatkan pelajaran dari sejarah-sejarah parah Pahlawan Bangsa Indonesia.
Cut Nyak Meutia di lahirkan di Keureutoe, Pirak, Aceh Utara, pada tahun 1870. masa kecil dan remajanya diliputi suasana peperangan antara Aceh dan Belanda yang berkepanjangan. Suasana perang itu membentuk pribadinya menjadi pejuang.perjuangannya didukung oleh suaminya Teuku Cik Tunong, Suami istri itu mengadakan perang gerilya dan penyergapan terhadap patroli Belanda. Meskipun beberapa pemimpin tertangkap dan ada ajakan untuk berdamai dari Belanda namun para pejuang itu pantang mundur.
Kesulitan besar dihadapi Cut Meutia ketika pada bulan Mei 1905 Teuku Cik Tunong ditangkap Belanda dan dijatuhi hukuman mati. Kematian suaminya tidak membuatnya jera untuk berjuang. Ia mengikuti pesan suaminya, Cik Tunong, untuk menikah lagi dengan teman akrab suaminya, Pang Nangru. Bersama suaminya yang baru itu, ia meneruskan perjuangan. Mereka mengadakan penyergapan-penyergapan terhadap patroli Belanda. Dalam pertempuran sengit di Paya Cicem, pada tanggal 26 September 1910 Pang Nangru, suaminya, terbunuh tetapi Cut Meutia dapat meloloskan diri. Ia dengan pasukan berkekuatan 45 orang dengan 13 pucuk senjata melanjutkan perjuangan. Anaknya yang berumur belasan tahun dan bernama Raja Sabil mengikuti ibunya dalam berbagai medan pertempuran. Karena kekuatan pasukan tidak seimbang lagi maka pasukan Cut Meutia berpindah pindah dari suatu daerah ke daerah lain. Melihat kondisi fisik pasukan yang memperhatikan, beberapa kerabat dan keluarganya menyarankan agar Cut Meutia menyerahkan diri dan mohon pengampunan. Anjuran itu di tolaknya mentah-mentah.
Pada suatu saat tempat persembunyian pasukanya diketahui pihak musuh. Belanda mengadakan pengepungan basis pasukannya tetapi tidak membuat Cut Meutia menyerah. Pertempuran sengit dengan tentara Belanda terjadi, tokoh wanita itu tertembak kakinya. Pasukan Belanda memerintahkan para perjuang untuk menyerah tetapi tidak dihiraukan Cut Meutia. Belaiknya Cut Meutia menghunus pedangnya dan dengat sengit menyerang tentara Belanda di hadapanya. Korban dipihak Belanda pun berjatuhan tetapi beberapa butir peluruh yang bersarang di tubuhnya membuat pejuang wanita itu roboh dan gugur.
Itulah sedikit cerita tentang Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan Cut Nyak Meutia. Semoga kita mendapatkan pelajaran dari sejarah-sejarah parah Pahlawan Bangsa Indonesia.
Posting Komentar